Adikku Sayang ....Bercita-Citalah
Adikku, izikan abang berbicara dan menuturkan beberapa kisah untukmu.. untuk kau merenung, dan bercita-cita, kerana impian adalah titik mula kepada segalanya.
Umar pernah bercita-cita, mengimpikan para pemuda. Adik tahukan, yang Mu'adz ibn Jabal seorang faqih yang diutus oleh Rasul ke Yaman? Ketika itu usianya masih muda. Begitu juga dengan Salim: ia termasuk salah seorang perawi hadits. Usianya juga masih muda. Dalam sejarah Islam juga dikenal Muhammad Al-Fatih, pembebas kota Konstantinopel. Saat itu usianya tidak lebih dari 22 tahun.
Adiku sayang,
Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang zuhud, senang beribadah dan berjihad, suatu kali pernah berkata. “Sesungguhnya jiwaku adalah jiwa yang mempunyai banyak cita-cita. Dia pernah bercita-cita menjadi amir, dia telah mendapatkannya. Dia bercita-cita menjadi seorang khalifah, juga telah didapatkannya. Sekarang, cita-citaku adalah surga, dan aku berharap mendapatkannya.”
Lembar sejarah membuktikan, orang-orang yang berjiwa besar umumnya memiliki cita-cita tinggi. Impian mereka tidak di fahami oleh orang kebanyakan. Impian mereka jauh terkedepan, menewaskan impian pelumba dan pengejar sekangkang kera harta dunia. Adikku, bukan hanya itu, mereka berusaha mewujudkan apa yang mereka cita-citakan dengan segenap upaya dan kesungguhan, bermatian deminya kerana impian itulah cita-cita yang paling tinggi dalam kehidupan mereka, dan umumnya mereka mampu meraih cita-cita yang telah mereka canangkan.
Bukan hanya kisah Umar bin Abdul Aziz yang akan abang ceritakan. Ada kisah lain, tentang empat pemuda dengan cita-cita mereka. Suatu kali, Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Mushab bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan ra. berkumpul di pelataran ka'bah. Mushab yang bicara pertama kali dengan mengatakan,"Bercita-citalah kalian." Sahabat yang enggan mengatakan cita-citanya, meminta Mushab terlebih dulu menyampaikan cita-citanya.
Mushab bertutur,"Aku ingin kaum muslimin bisa menaklukkan wilayah Irak, aku ingin menikahi Sakinah puteri Husein dan Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah." Tahukah adikku, apa yang kemudian hari berlaku atas Mushab? Allah SWT memperkenankannya memperoleh apa yang ia cita-citakan.
Urwah bin Jubair kemudian menceritakan harapannya. "Aku ingin menguasai ilmu fikih dan hadits." Subhanallah, Urwah kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh ulama fikih dan banyak meriwayatkan hadits.
Abdul Malik bin Marwan mengungkapkan cita-citanya. Ia menyatakan keinginannya untuk menjadi khalifah. Dan anakku, Abdul Malik bin Marwan kemudian menjadi khalifah di masa Daulah Umawiyah yang dikenal sebagai khalifah yang memiliki ilmu yang luas dan taat beribadah.
Terakhir, Abdullah bin Umar menegaskan cita-citanya. Tahukah anakku, apa cita-cita Abdullah bin Umar? Cita-citanya adalah, surga!
Tidakkah adik lihat ketika Usamah ibn Zaid pergi ke medan perang ketika usianya masih 15 tahun. Padahal ketika usinya 14 tahun semangat jihadnya sudah berapi-api: ia ingin cepat berada di shaf para mujahid Allah. Namun Nabi saw melarangnya, kerana masih teramat muda. Ia juga pernah menjadi pemimpin pasukan Rasul, padahal saat itu para sahabat senior seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq ada. Namun Rasul saw mempercayakan kepadanya.
Adikku sayang,
Rasakan kemulian dan keagungan impian kita ini. Ironis sekali dengan impian dan mental orang kebanyakan, lebih-lebih lagi remaja kini yang sebaya denganmu, cita-cita mereka rendah kerana jiwanya lemah, langsung tiada izzah. Bergelumang dengan dosa dan maksiat. Suka dan gemgira dengan angan-angan kosong dan remeh, di alam komik yang tiada manfaat kepada syahid di jalan Allah, yakni di alam-alam yang rendah nilainya, tertutup dan terbatas ibarat alam katak di bawah tempurung.
Adikku sayang, ambillah hikmah terbaik dari kisah itu. Apa yang menjadi cita-cita mereka? Cita-cita yang tinggi dan besar. Apakah engkau mengetahui, bagaimana mereka bisa mencapai cita-cita itu? Mereka mencapainya dengan perjuangan dan pengorbanan yang sungguh-sungguh diiringi dengan mental yang luar biasa. Bukan dicapai dengan menumbuhkan banyak alasan, kekalahan bahkan keputusasaan. Kekuatan tekad yang mereka miliki disertai dengan kerja keras juga doa kepada Allah SWT membuat mereka mampu mencapai apa yang mereka inginkan.
Perhatikan apa yang sejarah tulis mengenai perjuangan Umar bin Abdul Aziz. Kala diangkat menjadi pemimpin, ia tanggalkan kemewahan-kemewahan yang pernah dinikmatinya. Ia ganti kemewahan itu dengan segenap kesederhanaan. Ia bahkan meminta keluarganya untuk turut serta hidup dalam kesederhanaan itu. Yunus bin Syuaib bahkan berkata, "Sebelum menjadi khalifah, tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya." Bukan hanya itu, Umar bin Abdul Aziz juga dikenal sebagai pemimpin yang menolak suap dalam bentuk apapun. Subhanallah.. Allah SWT memperkenankan Umar bin Abdul Aziz memperoleh keinginannya untuk menjadi khalifah dan Umar menjalankannya dengan penuh kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapai cita-cita yang lain, surga!
Kerana itu, adikku, bercita-citalah! Pancangkan cita-citamu setinggi mungkin. Iringi ia dengan kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapainya. Semoga Allah SWT merahmatimu dengan memperkenankan cita-cita itu terwujud.
Bercita-citalah! Bukan hanya untuk duniamu, tapi juga untuk akhiratmu. Rasulullah bersabda, "Dan jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tinggi." (HR. Bukahri). Adikku, tahukah engkau apa cita-cita seorang Rabiah bin Kaab? Cita-citanya adalah, menemani Rasulullah di surga!
Ingatlah adikku, impianmu adalah titik mula gerak langkahmu, kesungguhan dan keyakinanmu bakal mentukan titik akhirnya.
*petikan sumber dari email ana sebagai perkongsian bersama
No comments:
Post a Comment